Menyiapkan Diri Menyambut Ramadhan
Oleh: Iskandar, S.Pd.I
Tak terasa kita telah memasuki bulan Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. Bagi seorang muslim, tentu kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena Ramadhan merupakan bulan maghfirah, rahmat dan menuai pahala serta sarana menjadi orang yang muttaqin.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita melakukan persiapan diri
untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, agar Ramadhan kali ini benar-benar
memiliki nilai yang tinggi dan dapat mengantarkan kita menjadi orang yang
bertaqwa.
Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan
memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan
makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti
berbagai program acara televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan
manusia dari mengingat Allah Swt dari pada manfaat yang diharapkan, itupun
kalau ada manfaatnya. Bukan pula pergi ke pantai menjelang Ramadhan untuk
rekreasi, makan-makan dan bermain-main.
Jadi, bagaimana sebenarnya cara kita menyambut Ramadhan? Apa yang
mesti kita persiapkan dalam hal ini? Maka tulisan ini mencoba memberi jawaban
dari pertanyaan tersebut. Menurut penulis, banyak hal yang perlu dilakukan
dalam rangka persiapan menyambut kedatangan Ramadhan, yaitu:
Pertama, berdoa kepada Allah Swt, sebagaimana
yang dicontohkan para ulama salafusshalih. Mereka berdoa kepada Allah Swt dengan
sungguh-sungguh agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan
sebelumnya dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya
diterima Allah Swt, karena berjumpa dengan bulan ini merupakan nikmat yang
besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah Swt. Mu’alla bin
al-Fadhl berkata, “Dulunya
para salaf berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah
mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya
(selama) enam bulan berikutnya agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang mereka
kerjakan” (Lathaif Al-Ma’aarif: 174)
Di antara doa mereka itu adalah: ”Ya Allah, serahkanlah aku kepada Ramadhan dan serahkan Ramadhan
kepadaku dan Engkau menerimanya kepadaku dengan kerelaan”. Dan
doa yang populer: ”Ya Allah, berkatilah kami di
bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”.
Kedua, menuntaskan puasa tahun lalu. Sudah
seharusnya kita mengqadha puasa
sesegera mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya. Namun kalau seseorang
mempunyai kesibukan atau halangan tertentu untuk mengqadhanya seperti seorang
ibu yang sibuk menyusui anaknya, maka hendaklah ia menuntaskan hutang puasa
tahun lalu pada bulan Sya’ban. Sebagaimana Aisyah r.a tidak bisa mengqadha puasanya kecuali pada
bulan Sya’ban. Menunda qadha puasa
dengan sengaja tanpa ada uzur syar’i sampai
masuk Ramadhan berikutnya adalah dosa, maka kewajibannya adalah tetap mengqadha, dan ditambah kewajiban
membayar fidyah menurut
sebagian ulama.
Ketiga, persiapan keilmuan (memahami fikih
puasa). Mu’adz bin Jabal r.a berkata: ”Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena
Allah adalah ibadah”. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengomentari
atsar diatas, ”Orang yang berilmu mengetahui
tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang
menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya”.
Oleh karena itu, suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, maka
kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Maka dalam hal ini, hanya
dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai dengan
petunjuk Rasulullah saw. Begitu juga ilmu sangat diperlukan dalam
melaksanakan ibadah lainnya seperti wudhu, shalat, haji dan sebagainya.
Maka, menjelang Ramadhan ini sudah sepatutnya kita untuk membaca buku fiqhus shiyam (fikih puasa)
dan ibadah lain yang berkaitan dengan Ramadhan seperti shalat tarawih, i’tikaf
dan membaca al-Quran.
Kempat, persiapan jiwa dan spiritual. Persiapan
yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk
melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan
dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang
sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah Saw.
Persiapan jiwa dan spiritual merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan dalam upaya untuk memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa.
Penyucian jiwa (Tazkiayatun nafs)
dengan berbagai amal ibadah dapat melahirkan keikhlasan, kesabaran,
ketawakkalan, dan amalan-amalan hati lainnya yang akan menuntun seseorang
kepada jenjang ibadah yang berkualitas. Salah satu cara untuk mempersiapkan
jiwa dan spritual untuk menyambut Ramadhan adalah dengan jalan melatih dan
memperbanyak ibadah di bulan sebelumnya, minimal di bulan Sya’ban ini seperti
memperbanyak puasa Sunnat.
Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban merupakan sunnah Rasul saw.
Aisyah ra, ia berkata, “Aku belum pernah melihat Nabi
saw berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat
Nabi saw berpuasa sebanyak yang ia lakukan di bulan Sya’ban. (HR.
Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain, dari Usamah bin Zaid r.a ia berkata,
aku bertanya, “Wahai Rasulullah, aku belum
pernah melihatmu berpuasa pada bulan-bulan lain yang sesering pada bulan
Sya’ban”. Beliau bersabda, “Itu adalah bulan yang diabaikan oleh orang-orang, yaitu
antara bulan Ra’jab dengan Ramadhan. Padahal pada bulan itu amal-amal diangkat
dan dihadapkan kepada Rabb semesta alam, maka aku ingin amalku diangkat ketika
aku sedang berpuasa.” (HR. Nasa’i dan Abu Daud serta
dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Adapun pengkhususan puasa dan shalat sunat seperti shalat tasbih
pada malam nisfu sya’ban (pertengahan
Sya’ban) dengan menyangka bahwa ia memiliki keutamaan, maka hal itu tidak ada
dalil shahih yang
mensyariatkannya. Menurut para ulama besar, dalil yang dijadikan sandaran
mengenai keutamaan nisfu sya’ban adalah
hadits dhaif (lemah)
yang tidak bisa dijadikan hujjah dalam persoalan ibadah, bahkan maudhu’ (palsu). Oleh Sebab itu, Imam Ibnu
Al-Jauzi memasukkan hadits-hadits mengenai keutamaan nishfu Sya’ban ke dalam kitabnya Al-Maudhu’at (hadits-hadits
palsu).
Al-Mubarakfuri berkata, “Saya tidak mendapatkan hadits marfu’ yang shahih tentang puasa pada
pertengahan bulan Sya’ban. Adapun hadits keutamaan nisfu Sya’ban yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
saya telah mengetahui bahwa hadits ini adalah hadits sangat lemah” (Tuhfah
Al-Ahwazi: 3/444).
Syaikh Shalih bin Fauzan berkata, “Adapun hadits-hadits yang
terdapat dalam masalah ini, semuanya adalah hadits palsu sebagaimana
dikemukakan oleh para ulama. Akan tetapi bagi orang yang memiliki kebiasaan
berpuasa pada ayyamul bidh (tanggal
14, 15, 16), maka ia boleh melakukan puasa pada bulan Sya’ban seperti
bulan-bulan lainnya tanpa mengkhususkan hari itu saja.”
Syaikh Sayyid Sabiq berkata, “Mengkhususkan puasa pada hari nisfu Sya’ban dengan menyangka
bahwa hari-hari tersbut memiliki keutamaan dari pada hari lainnya, tidak
memiliki dalil yang shahih” (Fiqh As-Sunnah: 1/416).
Kelima, persiapan dana
(finansial). Sebaiknya aktivitas ibadah di bulan Ramadhan harus lebih mewarnai
hari-hari ketimbang aktivitas mencari nafkah atau yang lainnya. Pada bulan ini
setiap muslim dianjurkan memperbanyak amal shalih seperti infaq, shadaqah dan ifthar (memberi bukaan).
Karena itu, sebaiknya dibuat sebuah agenda maliah (keuangan) yang mengalokasikan dana untuk
shadaqah, infaq serta memberi ifhtar selama bulan ini. Moment Ramadhan merupakan
moment yang paling tepat dan utama untuk menyalurkan ibadah maliah kita. Ibnu Abbas r.a
berkata, ”Nabi Saw adalah orang yang
paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan.”
(H.R Bukhari dan Muslim). Termasuk dalam persiapanmaliah adalah mempersiapkan dana agar dapat
beri’tikaf dengan tanpa memikirkan beban ekonomi untuk keluarga.
Keenam, persiapan fisik yaitu
menjaga kesehatan. Persiapan fisik agar tetap sehat dan kuat di bulan Ramadhan
sangat penting. Kesehatan merupakan modal utama dalam beribadah. Orang yang
sehat dapat melakukan ibadah dengan baik. Namun sebaliknya bila seseorang
sakit, maka ibadahnya terganggu. Rasul saw bersabda, “Pergunakanlah kesempatan yang lima sebelum datang yang lima; masa
mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu
sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu
sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim) Maka, untuk meyambut
Ramadhan kita harus menjaga kesehatan dan stamina dengan cara menjaga pola
makan yang sehat dan bergizi, dan istirahat cukup.
Ketujuh, menyelenggarakan tarhib Ramadhan. Disamping
persiapan secara individual, kita juga hendaknya melakukan persiapan secara
kolektif, seperti melakukan tarhib Ramadhan yaitu mengumpulkan kaum muslimin
di masjid atau di tempat lain untuk diberi pengarahan mengenai puasa Ramadhan,
adab-adab, syarat dan rukunnya, hal-hal yang membatalkannya atau amal ibadah
lainnya.
Menjelang bulan Ramadhan tiba, Rasul saw memberikan pengarahan
mengenai puasa kepada para shahabat. Beliau juga memberi kabar gembira akan
kedatangan bulan Ramadhan dengan menjelaskan berbagai keutamaannya. Abu
Hurairah ra berkata, “menjelang kedatangan bulan Ramadhan, Rasulullah saw
bersabda, “Telah datang kepada kamu
syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan kamu berpuasa padanya. Pada
bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup,
syaithan-syaithan dibelunggu. Padanya juga terdapat suatu malam yang lebih baik
dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang kebaikan pada malam itu, maka ia
telah terhalang dari kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i
dan Al-Baihaqi). Selain itu, banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang
keutamaan Ramadhan. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw untuk memberi
motivasi dan semangat kepada para sahabat dan umat Islam setelah mereka dalam
beribadah di bulan Ramadhan.
Akhirnya, penulis mengajak
seluruh umat Islam khususnya di Aceh untuk menyambut bulan Ramadhan yang sudah
di ambang pintu ini dengan gembira dan mempersiapkan diri untuk beribadah
dengan optimal. Selain itu kita berharap kepada Allah Swt agar ibadah kita
diterima, tentu dengan ikhlas dan sesuai Sunnah Rasul SAW. Semoga kita
dipertemukan dengan Ramadhan dan dapat meraih berbagai keutamaannya.